Rabu, 06 Juli 2011

Ki Manteb Sudarsono


MANTEB SOEDHARSONO, KI (1948 – ), adalah seorang dalang Wayang Kulit Purwa yang mulai terkenal sejak tahun 1980-an. Ia berasal dari daerah Ndoplang, Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Surakarta. Sebagai dalang, Manteb Sudharsono terkenal dengan sabetan-nya. Saking piawainya dia memainkan boneka wayang dengan segala variasi dan kelincahannya dia dijuluki Dalang Setan oleh para penggemarnya. Kalau sedang memainkan trik sabetan dengan cepat dan terampil layaknya sebagai tukang sulap. Misalnya dalam ramainya perang tiba-tiba tokoh yang tadinya terdesak “sim salabim” tahu-tahu memegang senjata dan ganti memukul lawannya. Tidak ayal penontonpun memberikan aplous yang gemuruh. Menurutnya semua itu bukan sulap bukan sihir, namun karena ketekukan melatih kecepatan gerak tangan dan kemampuan mengalihkan perhatian penonton. Untuk keperluan keberhasilan sabetnya maka dia sangat kreatif dan sangat teliti mendesain wayangnya. Mulai dari ketebalan kulitnya, pola hiasannya, gapitan sampai wandanya. Pernah dia mengganti gapit tokoh Bima sampai 16 kali, sampai tercapai kemantapan keseimbangan yang dia inginkan. Tidak jarang dia memberikan petunjuk langsung pada para pembuat wayangnya bidang mana yang harus mendapat perhatian khusus untuk ketebalan kerokan kulitnya. Misalnya untuk tokoh Arjuna dalam keperluannya perang kembang, kalau perlu daerah pundak dan lengan atas setebal “triplek”, begitu sarannya. Untuk wayang-wayang khusus, misalnya untuk menciptakan geter, getap dan ketepatan wanda Baladewa misalnya, Pak Manteb selalu terlibat dari mulai mendesain pola, ngerok, menatah, sungging dan paling penting adalah ulat-ulatan dan tentunya gapitannya. Semuanya harus tepat dalam presisi ukuran dan rasa kemantaban seni yang tepat dan lengkap. Artinya salah satu tidak boleh meleset. Mulai bedhahan, sunggingan, ulat-ulatan dan terakhir gapitan. Dalang lain boleh menganggap remeh hal gapitan, namun dia tidak. Bisa dikatakan dia adalah seorang dalang yang sekaligus ahli dalam bidang seni rupa wayang. Pengetahuannya yang mendalam, open dan teliti dalam bidang rupa wayang itu sangat mendukung keberhasilan pakelirannya, terutama dalam bidang sabet.
Dalang yang telah menunaikan ibadah haji ini, mulanya belajar mendalang pada ayahnya, lalu memperda-lamnya pada Ki Nartasabda di Semarang (1972) dan Ki Ganda Sudarman di Sragen (1974). Ia mulai mendalang di muka umum sejak usia 12 tahun.
Pada tahun 1982, Man-teb menjadi juara Pakeliran Padat se-Surakarta. Sejak itu namanya mulai menanjak. Dalam pemilihan Dalang Kesayangan pada Angket Wayang 93 dalam rangka Pekan Wayang Indonesia VI, Manteb Sudharsono menduduki peringkat kedua, di bawah Ki Anom Suroto Lebdocarito.
Dalang yang setiap bulan rata-rata pentas sepuluh hari ini, pernah melawat ke Spanyol, Jerman, Amerika Serikat, Swiss, Suriname, Prancis dan Jepang.
Sejak tahun 1983, ia melakukan kegiatan pribadi, yaitu nanggap wayang di rumahnya, setiap hari Selasa Legi, bertepatan dengan hari wetonnya (weton adalah hari kelahiran menurut tradisi Jawa, diadakan setiap 35 hari). Acara ini kemudian dikenal dengan nama Malem Selasa Legen, menghadirkan dalang-dalang dari berbagai daerah. Kegiatan yang dimaksudkan untuk ikut melestarikan budaya pedalangan ini, hingga kini (1998) masih senantiasa dilakukan.
Karena pengabdiannya pada seni pedalangan, Ki Haji Manteb Soedharsono mendapat anugerah Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden.
Ki Manteb Soedharsono juga tercatat sebagai dalang yang paling laris sebagai peraga iklan radio dan televisi. Terkenal dengan slogannya “Oye”. Para penggemarnya sering memanggilnya dengan dalang oye atau dalang setan.
Pada awal 1998, Ki Manteb Soedharsono men-dalang pada pergelaran kolosal di Museum Keprajuritan Taman Mini Indonesia Indah, dengan lakon Rama Tambak. Pergelaran yang sukses ini mendapat dukungan dari pakar wayang STSI, yang menangani naskah ceritanya (Sumanto) dan tata gendingnya (B. Subono).

http://topmdi.net/republikwayang/?p=115

Tidak ada komentar:

Posting Komentar