Kamis, 16 Juni 2011

Kelemahan Sang Maha Dahsyat.


Bhisma sudah dikenal sebagai satria tangguh dan politisi serta panglima perang hebat sejak masa muda juga terkenal sebagai pembantai di medan perang. Ini dibuktikan saat Perang Bharatayudha, saat itu pasukan Pandawa kocar kacir dan menderita kerusakan hebat sampai hari ke sepuluh.
Pandawa dalam posisi sangat sulit, kalau Bhisma belum terkalahkan yang notabene ya kakek mereka maka bisa dipastikan bahwa kekalahan akan berpihak pada mereka, Kresna yang sudah berjanji nggak ikutan pun sudah geregetan mau mengeluarkan senjata pamungkasnya “Cakra” tetapi selalu dihalangi Arjuna yang mengingatkan janjinya tidak terlibat langsung peperangan.
Dalam formasi perang yang membagi pasukan Pandawa menjadi 7 divisi, Pandawa menempatkan komandan divisi seorang wanita, yaitu Srikandi … dan mengangkat jendral junior, Drestadyumna, sebagai Panglima Perang merangkap komandan salah satu dari 7 divisi tadi.
Disini terlihat perbedaan menyolok dan menarik kalau dilihat dari strategi yang digunakan, kalau Pandawa menempatkan jendral junior sebagai Panglima Perang maka Kurawa menempatkan para jendral senior dan politisi kawakan seperti Bhisma, Durna, Karna, Salya, Aswatama sebagai Panglima Perang [bergantian karena Panglima Kurawa ini gugur satu persatu kecuali Aswatama].
Setelah Rapim Perang yang melelahkan, akhirnya diatur satu strategi untuk menghadapi Bhisma yaitu dengan teknik double cover, menempatkan Srikandi didepan dan Arjuna dibelakangnya tepat, sebagai strategi menghadapi Bhisma … lho kok gitu sih … Arjuna bersembunyi dibalik sosok wanita perkasa … ya ini strategi yang dipikirkan bersama, Pandawa tahu kalau kelemahan Bhisma itu tidak mau membalas serangan seorang wanita, Bhisma sangat menghormati wanita seperti saat menyerahkan tahta kepada putra dewi Durgandini dan juga merasa bersalah pada wanita seperti saat tanpa sengaja membunuh Dewi Amba yang mengejarnya dulu saat masih muda dan ganteng.
Terjadilah seperti apa yang di “plan” kan, dalam peperangan sang Bhisma sama sekali tidak membalas panahnya Srikandi tetapi yang jadi masalah adalah panah Arjuna yang diluncurkan dengan kecepatan dan ketepatan tingkat tinggi dengan cover tubuh Srikandi, ini yang jadi penyebab tumbangnya Bhisma, gimana lagi yaa .. mau bales tapi Arjuna selalu sembunyi dibalik Srikandi .. sampailah ajal Bhisma walau tidak meninggal seketika saat itu ..
Cerita diatas menunjukan kecerdikan Pandawa, keteguhan Bhisma serta kepercayaan terhadap generasi muda untuk memimpin suatu peperangan.
Tidak selamanya satria perkasa harus didepan, dalam bisnis mungkin diperlukan negosiator yang tepat menghadapi “kawan dan lawan” yang nggak mungkin ”menolak” apa yang ditawarkan, seperti memajukan Srikandi didepan untuk menahan serangan Bhisma, sementara dari sisi lain dilakukan penyerangan terhadap “kawan dan lawan” yang dalam hal ini bisa saja “calon pelanggan” supaya menerima proposal kita.
Tidak selamanya keperkasaan itu menjadi keutamaan, kejayaan bisnis pasti ada kelemahan, kalau itu diketahui “lawan” kita, sebaiknya kita juga segera mencoba mencari alternatif untuk mengatasinya, seperti kasus Bhisma, seharusnya dia bisa melihat dan menghindar berhadapan dengan Srikandi karena itulah kelemahan Bhisma, tapi bisa jadi Bhisma juga tidak sadar dan terlalu percaya diri dengan kemenangan sebelumnya sampai saat dihadapkan dengan kenyataan baru kaget dan tidak ada jalan lain selain menghadapinya.
Tidak selamanya jendral tua bisa mengatasi keadaan sulit, politisi yang sudah lewat masa jayanya sebaiknya menyerahkan kepada generasi jendral muda, mereka bisa mengamati dengan lebih leluasa, membantu saat dibutuhkan dan tahu mana yang menjadi tugasnya, tidak sekedar mengejar pangkat sebagai “Senopati Utama, sang Komandan, Sang Panglima Perang”, cobalah membantu dari belakang, istilahnya “tut wuri handayani” .
Tambahan lagi sosok politikus ulung seperti Kresna juga harus ada yang “membisiki” jangan maju perang kalau janjinya nggak ikut campur .. nanti malah merusak nama baik lho mbah.
Ini gambaran dari 3 pelajaran berharga dari perang yang diperkirakan terjadi di 3000 tahun sebelum masehi, sudah 5000 tahun berlalu … dan selalu menarik untuk dipelajari dan masih relevan untuk masa kini.